Pendidikan anak prasekolah
merupakan bentuk transisi perkembangan anak dari lingkungan keluarga kepada
lingkungan sekolah. Masa transisi ini merupakan masa yang cukup sulit namun
menyenangkan bagi anak, karena kesiapan pada setiap anak dalam melalui masa
transisi ini berbeda-beda, hal ini juga dipengarui oleh dukungan dari keluarga
pengasuh si anak itu sendiri, dimana dukungan orangtua dalam membimbing anak
secara informal sangat dibutuhkan untuk mendukung bimbingan yang diperoleh anak
dari pendidikan prasekolah sebagai sektor formal. Salah satu jenis lembaga
pendidikan anak prasekolah yang telah dikenal di Indonesia ialah Taman
Kanak-Kanak (TK).
Taman Kanak-Kanak merupakan
wadah yang disediakan untuk anak berusia 4-6 tahun. Menurut Brickenridge dan
Vincent (1966) pendidikan TK dapat memperluas pengalaman sosial dan intelektual
anak. Tujuan pendidikan prasekolah seperti Taman Kanak-Kanak (TK) adalah untuk
memberikan stimulasi dan bimbingan terhadap kebutuhan fisik dan pertumbuhannya,
serta meningkatkan kemampuan intelektual dan hubungan sosial sebagai persiapan
untuk masuk ke jenjang yang lebih tinggi.
Pendidikan prasekolah dapat
membantu perkembangan anak. Secara terinci Hurlock (1978) menyebutkan ada 10
aspek perkembangan yang dapat dido rong
pertumbuhannya melalui pendidikan prasekolah. Kesepuluh aspek tersebut ialah
kesehatan fisik, keterampilan, kemampuan berbicara (berkomunikasi),
perkembangan emosi, perilaku sosial, sikap sosial, kreativitas, disiplin,
konsep diri dan penyesuaian sekolah. Papalia Olds (1986) menyatakan bahwa
pendidikan prasekolah membantu perkembangan anak dalam berbagai aspek yaitu
fisik, intelektual, sosial, dan emosional. Perasaan otonomi anak berkembang
dengan adanya kesempatan bereksplorasi diluar rumah. Adanya kesempatan bermain
dengan anak-anak lain menjadikan mereka memiliki banyak kesempatan untuk
bekerjasama dan memahami perspektif serta perasaan orang lain. Adapun aspek-aspek
keuntungan pendidikan prasekolah sebagai berikut:
1.
Aspek Sosial
Kebutuhan
Sosial pada anak-anak mengungkapkan bahwa anak-anak membutuhkan orang lain dan
selalu ingin berhubungan dengan orang lain dalam proses perkembangannya. Hal
ini karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk individu dan sekaligus juga
sebagai makhluk sosial (Nuryoto, 1995). Hubungan sosial anak semakin meluas
karena kebutuhan sosialnya juga akan semakin kompleks. Mereka sudah butuh teman
sebaya, perlu memahami orang dewasa selain orangtua, misalnya gurunya.
Dalam
kesiapan ini, anak akan merasa senang masuk TK, karena mereka akan mempunyai
banyak teman dan dapat bermain dengan leluasa. Pada usia prasekolah ini, anak
memiliki kontak intensif dengan teman sebaya. Berbagai pola tingkah laku anak
timbul dengan cara menirukan, belajar-model, dan oleh penguat dari pihak
teman-teman sebaya.
2.
Aspek Kognitif
Kebutuhan
secara kognitif (intelektual) akan tampak pada anak dengan adanya keinginannya
untuk mengetahui sesuatu yang ada di lingkungannya. Anak ingin berprestasi,
ingin mengamati sesuatu secara serius, ingin mengetahui hal-hal baru, mencoba
sesuatu, menciptakan sesuatu, dan sebagainya. Pada masa ini, anak akan banyak
bertanya tentang segala sesuatu yang dilihat atau didengarnya dengan pertanyaan
apa, mengapa dan bagaimana (Nuryoto, 1995). Keinginan untuk berprestasi ini
harus diberi stimulasi bila kita akan menyambut dorongan manipulasi dan
eksplorasi anak.
3.
Aspek Emosional
Kebutuhan
emosional anak juga akan terpenuhi dengan adanya kesempatan untuk bereksplorasi
dalam ekspresi emosi anak pada lingkungan prasekolahnya. Emosi anak akan
berkembang secara sehat kalau anak mendapatkan bimbingan secara tepat dengan
penuh kasih sayang. Dengan mendapatkan perlakuan yang tepat, anak akan merasa
aman dan mampu mengembangkan emosinya secara positif, juga akan semakin memupuk
rasa percaya diri pada anak (Nuryoto, 1995). Selanjutnya (Hurlock, 1984)
ketelantaran emosional pada anak seperti keterbatasan akan rasa ingin tahu,
kasih sayang dan kebahagiaan, akan membatasi perkembangan kepribadian anak
4.
Aspek Fisik
Kebutuhan Fisik
merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan pertumbuhan dan kesehatan fisik,
misalnya makanan, udara segar, sinar matahari, tidur atau istirahat. Dengan
adanya lingkungan prasekolah, maka kegiatan-kegiatan yang memerlukan aktifitas
fisik seperti olahraga, bermain tali, memanjat, mencoret-coret, akan
mempengaruhi perkembangan otot dan motorik anak. Keberhasilan anak dalam menghadapi
tantangan fisik ini mempunyai arti yang lebih luas bagi anak, dalam hal
perkembangan pribadi, anak akan merasa mampu dan berani dalam mencoba hal-hal
baru dan akan mempengaruhi perkembangan kecerdasannya.
Sumber: Sulistyaningsih. 2008. Full Day School & Optimalisasi
Perkembangan Anak. Yogyakarta: Paradigma Indonesia
Irvine Talenta
Artikel yang menarik, nice post, terimakasih udah disare, berkunjung juga ya diblog: paud-anakbermainbelajar.blogspot.com
ReplyDelete