Wednesday, April 25, 2012

PSIKOTERAPI


I.            PENGERTIAN PSIKOTERAPI
Psikoterapi adalah pengobatan secara psikologis untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan perilaku. Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu "Psyche" yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran.
            Ada tiga ciri utama psikoterapi, yaitu:
         
            1. Dari segi proses :  berupa interaksi antara dua pihak, formal, profesional, legal dan menganut    
                kode etik psikoterapi.
  1. Dari segi tujuan : untuk mengubah kondisi psikologis seseorang, mengatasi masalah psikologis atau meningkatkan potensi psikologis yang sudah ada.
  2. Dari segi tindakan: seorang psikoterapis melakukan tindakan terapi berdasarkan ilmu psikologi modern yang sudah teruji efektivitasnya.
Dalam ilmu psikologi, ada banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk terapi. Semua metode itu merupakan hasil pemikiran dan penelitian para pakar psikologi dari berbagai penjuru dunia. Berikut ini adalah macam-macam teknik psikoterapi, yaitu :

1. Psychoanalysis
Pendekatan ini fokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadar. Psychoanalysis (Psikoanalisis) pertama kali diciptakan oleh Sigmund Feud (1856-1939), seorang neurologist dari Austria. Teori dan praktek psikoanalisa sekarang ini sudah dikembangkan dan dimodifikasi sedemikian rupa oleh para murid dan pengikut Freud guna mendapatkan hasil yang lebih efektif.
Tujuan dari metode psikoanalisis adalah agar klien bisa menyadari apa yang sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah di bawah sadar yang belum terselesaikan. Untuk itu, klien perlu menggali bawah sadarnya untuk mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang dialami, maka seseorang bisa mengatasi segala masalahnya melalui “insight” (pemahaman pribadi).
Akar masalah psikologis adalah konfil-konflik yang tidak sadar dari id, ego dan superego. Bila terlalu banyak energi superego dan ego diarahkan untuk mengatasi hasrat dari id(masalah psikologis). Agar bisa diatasi atau ditangani maka id dibawa kembali ke dalam kesadaran. Hal ini hanya bisa dilakukan bila ego dalam kondisi relax sehingga id baru bisa menemukan dirinya dalam symbol-simbol yang memalukan.
Tugas seorang psikoanalis:
1.      menciptakan kondisi dimana ego dalam kondisi relax
2.      mengintepretasikan simbol-simbol yang memalukan dari pikiran tidak sadar pasien

Untuk mencapai dunia yang tidak disadari, terapis psikoanalisis sering menggunakan teknik terapi berupa asosiasi bebas, katarsis, interpretasi, analisis mimpi, analisis transferen dan analisis resistensi.

2.Humanistic Therapy
Pendekatan Humanistic Therapy menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan keunikannya bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, dalam terapi humanistik, seorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja, bukan mengarahkan perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri.
Terapi humanistic menekankan pada kesadaran dan bukan pikiran yang tidak disadari, pada masa kini dan bukan masa lampau, pertumbuhan dan pemenuhan diri. Terapi ini mendorong seseorang untuk memahami diri mereka sendiri dan untuk berkembang secara pribadi. Tujuan pakar terapi humanisnik adalah memperlancar pengakjian pikiran dan perasaan seseorang dan membantunya untuk memecahkan masalahnya sendiri. 

3.Behavior Therapy
Pendekatan terapi perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Terapi ini menggunakan prinsip-prinsip belajar untuk mengurangi atau mengeliminasi perilaku maladaptif. Terapi-terapi perilaku didasarkan pada teori-teori perilaku kognitif sosial  yang menjelaskan perilaku belajar dan kepribadian. Terapis perilaku tidak mencari konflik yang tidak disadari ataupun mendorong individu untung mengembangkan persepsi yang akurat tentang perasaan dan diri mereka. Terapis perilaku mengasumsikan gejala-gejala yang tampak nyata sebagai masalah. Individu dapat menyadari penyebab depresi mereka dan tetap tidak mengubah keadaan depresi tersebut. Terapis perilaku berjuang untuk menghilangkan gejala-gejala depresi atau perilakunya dan mencoba membuat individu memperoleh pemahaman atau mengapa mereka depresi.
            Apabila psikoanalisis berkaitan dengan pengalaman konflik individu masa lalu yang mempengaruhi perilaku, maka terapi perilaku lebih memusatkan langsung pada perilaku itu sendiri. Para pakar terapi mengemukakan bahwa walaupun pencapaian wawasan atau pengetahuan diri, merupakan tujuan yang bermanfaat, hal itu tidak menjamin timbulnya perubahan perilaku. Seringkali kita tahu mengapa kita berperilaku tertentu pada peristiwa tertentu tetapi tidak sanggup mengubah perilaku kita. Jika anda tidak seperti biasanya malu berbicara didepan kelas, anda dapat mengkaji rasa takut ini pada beberapa peristiwa masa lalu (ayah anda mengkritik pendapat anda bila anda mengungkapkannya; ibu memperbaiki tata bahasa anda; Anda tidak begitu berpengalaman berbicara didepan umum pada waktu di SMA karena anda takut bersaing dengan kakak anda yang menjabat sebagai ketua tim diskusi). Dengan memahami alasan dibalik rasa takut mungkin akan memudahkan anda untuk berpartisipasi dalam diskusi kelas.
Inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi). Misalnya pada kasus fobia ular, penderita fobia mengasosiasikan ular sebagai sumber kecemasan dan ketakutan karena waktu kecil dia penah melihat orang yang ketakutan terhadap ular. Dalam hal ini, penderita telah belajar bahwa "ketika saya melihat ular maka respon saya adalah perilaku ketakutan".
 
4.Cognitive Therapy
Terapi Kognitif (Cognitive Therapy) punya konsep bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Pandangan Cognitive Therapy adalah bahwa disfungsi pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Tokoh besar dalam cognitive therapy antara lain Albert Ellis dan Aaron Beck. Tujuan utama dalam pendekatan cognitive adalah mengubah pola pikir dengan cara meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional.
Terapi kognitif menekankan pada kognisi individu, atau pikiran, karena mereka merupakan sumber utama perilaku abnormal dan problem psikologis, dan karenanya mereka berusaha untuk mengubah perasaan dan perilaku individu dengan mengubah kognisi. Restrukturisasi kognitif, sebuah konsep umum untuk pengubahan pola pikiran yang dianggap meyebabkan perilaku atau yang emosi yang maladaptif adalah inti dari terapi kogntif. Terapi kognitif berbeda dari terapi psikoanalisis dengan lebih memusatkan perhatian pada gejala-gejala yang dapat dilihat dibandingkan dengan pikiran-pikiran yang tidak disadari, dengan lebih memberi struktur pada pikiran-pikiran individu, dan dengan kurang memperdulikan asal dari masalah. Tidak seperti terapi-terapi humanistik, terapi kognitif memberi struktur lebih, lebih banyak analisis, dan teknik terapi yang lebih spesifik. Sebagai bagian dari proses ini, seorang terapis kognitif biasanya bertanya kepada klien apa hal terburuk yang dapat terjadi pada mereka. Lalu klien kemudian mengajukan cara bagaimana mereka mengatasi situasi yang paling buruk tersebut. Melalui cara ini, terapis kognitif membantu klien melihat apakah mereka mampu mengatasi masalah yang paling parah yang mungkin terjadi pada mereka.