I.
PENGERTIAN
PSIKOTERAPI
Psikoterapi adalah pengobatan secara
psikologis untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan perilaku.
Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu "Psyche"
yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya
penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi disebut
juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran.
Ada
tiga ciri utama psikoterapi, yaitu:
1. Dari
segi proses : berupa interaksi antara dua pihak, formal, profesional,
legal dan menganut
kode etik psikoterapi.
- Dari segi tujuan : untuk mengubah kondisi psikologis seseorang, mengatasi masalah psikologis atau meningkatkan potensi psikologis yang sudah ada.
- Dari segi tindakan: seorang psikoterapis melakukan tindakan terapi berdasarkan ilmu psikologi modern yang sudah teruji efektivitasnya.
Dalam ilmu psikologi, ada banyak sekali
metode yang bisa digunakan untuk terapi. Semua metode itu merupakan hasil
pemikiran dan penelitian para pakar psikologi dari berbagai penjuru dunia. Berikut ini
adalah macam-macam teknik psikoterapi, yaitu :
1. Psychoanalysis
Pendekatan ini fokus pada mengubah
masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah yang
biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadar. Psychoanalysis (Psikoanalisis) pertama kali diciptakan oleh Sigmund Feud (1856-1939), seorang
neurologist dari Austria. Teori dan praktek psikoanalisa sekarang ini sudah dikembangkan dan
dimodifikasi sedemikian rupa oleh para murid dan pengikut Freud guna
mendapatkan hasil yang lebih efektif.
Tujuan dari metode psikoanalisis adalah agar klien bisa menyadari apa yang
sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah
di bawah sadar yang belum terselesaikan. Untuk itu, klien perlu menggali bawah
sadarnya untuk mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang dialami, maka
seseorang bisa mengatasi segala masalahnya melalui “insight” (pemahaman
pribadi).
Akar masalah psikologis adalah konfil-konflik yang tidak
sadar dari id, ego dan superego. Bila terlalu banyak energi superego dan ego
diarahkan untuk mengatasi hasrat dari id(masalah psikologis). Agar bisa diatasi atau ditangani maka
id dibawa kembali ke dalam kesadaran. Hal ini hanya bisa dilakukan bila ego
dalam kondisi relax sehingga id baru bisa menemukan dirinya dalam symbol-simbol
yang memalukan.
Tugas seorang psikoanalis:
1. menciptakan kondisi dimana ego dalam kondisi
relax
2. mengintepretasikan
simbol-simbol yang memalukan dari pikiran tidak sadar pasien
Untuk
mencapai dunia yang tidak disadari, terapis psikoanalisis sering menggunakan
teknik terapi berupa asosiasi bebas, katarsis, interpretasi, analisis mimpi,
analisis transferen
dan analisis resistensi.
2.Humanistic Therapy
Pendekatan
Humanistic Therapy menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya
mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan keunikannya bebas
menentukan pilihan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, dalam terapi humanistik,
seorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja, bukan
mengarahkan perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien,
melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas
dasar kesadarannya sendiri.
Terapi humanistic menekankan pada kesadaran dan bukan
pikiran yang tidak disadari, pada masa kini dan bukan masa lampau, pertumbuhan
dan pemenuhan diri. Terapi ini mendorong seseorang untuk memahami diri mereka
sendiri dan untuk berkembang secara pribadi. Tujuan pakar terapi humanisnik
adalah memperlancar pengakjian pikiran dan perasaan seseorang dan membantunya
untuk memecahkan masalahnya sendiri.
3.Behavior Therapy
Pendekatan
terapi perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa
perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Terapi ini menggunakan
prinsip-prinsip belajar untuk mengurangi atau mengeliminasi perilaku maladaptif. Terapi-terapi perilaku didasarkan
pada teori-teori perilaku kognitif sosial
yang menjelaskan perilaku belajar dan kepribadian. Terapis perilaku
tidak mencari konflik yang tidak disadari ataupun mendorong individu untung
mengembangkan persepsi yang akurat tentang
perasaan dan diri mereka. Terapis perilaku mengasumsikan gejala-gejala yang
tampak nyata sebagai masalah. Individu dapat menyadari penyebab depresi mereka
dan tetap tidak mengubah keadaan depresi tersebut. Terapis perilaku berjuang untuk
menghilangkan gejala-gejala depresi atau perilakunya dan mencoba membuat
individu memperoleh pemahaman atau mengapa mereka depresi.
Apabila
psikoanalisis berkaitan dengan pengalaman konflik individu masa lalu yang
mempengaruhi perilaku, maka terapi perilaku lebih memusatkan langsung pada perilaku
itu sendiri. Para pakar terapi mengemukakan bahwa walaupun pencapaian wawasan
atau pengetahuan diri, merupakan tujuan yang bermanfaat, hal itu tidak menjamin
timbulnya perubahan perilaku. Seringkali kita tahu mengapa kita berperilaku
tertentu pada peristiwa tertentu tetapi tidak sanggup mengubah perilaku kita.
Jika anda tidak seperti biasanya malu berbicara didepan kelas, anda dapat
mengkaji rasa takut ini pada beberapa peristiwa masa lalu (ayah anda mengkritik
pendapat anda bila anda mengungkapkannya; ibu memperbaiki tata bahasa anda;
Anda tidak begitu berpengalaman berbicara didepan umum pada waktu di SMA karena
anda takut bersaing dengan kakak anda yang menjabat sebagai ketua tim diskusi).
Dengan memahami alasan dibalik rasa takut mungkin akan memudahkan anda untuk
berpartisipasi dalam diskusi kelas.
Inti
dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak secara otomatis
karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi). Misalnya
pada kasus fobia ular, penderita fobia mengasosiasikan ular sebagai sumber
kecemasan dan ketakutan karena waktu kecil dia penah melihat orang yang
ketakutan terhadap ular. Dalam hal ini, penderita telah belajar bahwa "ketika saya melihat ular maka
respon saya adalah perilaku ketakutan".
4.Cognitive Therapy
Terapi
Kognitif (Cognitive Therapy) punya konsep bahwa perilaku manusia itu
dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy
lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku.
Pandangan Cognitive Therapy adalah bahwa disfungsi pikiran menyebabkan
disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Tokoh besar dalam cognitive therapy
antara lain Albert Ellis dan Aaron Beck. Tujuan utama dalam pendekatan
cognitive adalah mengubah pola pikir dengan cara meningkatkan kesadaran dan
berpikir rasional.
Terapi
kognitif menekankan pada kognisi individu, atau pikiran, karena mereka
merupakan sumber utama perilaku abnormal dan problem psikologis, dan karenanya
mereka berusaha untuk mengubah perasaan dan perilaku individu dengan mengubah
kognisi. Restrukturisasi kognitif, sebuah
konsep umum untuk pengubahan pola pikiran yang dianggap meyebabkan perilaku
atau yang emosi yang maladaptif adalah inti dari terapi kogntif. Terapi
kognitif berbeda dari terapi psikoanalisis dengan lebih memusatkan perhatian
pada gejala-gejala yang dapat dilihat dibandingkan dengan pikiran-pikiran yang
tidak disadari, dengan lebih memberi struktur pada pikiran-pikiran individu,
dan dengan kurang memperdulikan asal dari masalah. Tidak seperti terapi-terapi
humanistik, terapi kognitif memberi struktur lebih, lebih banyak analisis, dan
teknik terapi yang lebih spesifik. Sebagai bagian dari proses ini, seorang
terapis kognitif biasanya bertanya kepada klien apa hal terburuk yang dapat
terjadi pada mereka. Lalu klien kemudian mengajukan cara bagaimana mereka
mengatasi situasi yang paling buruk tersebut. Melalui cara ini, terapis
kognitif membantu klien melihat apakah mereka mampu mengatasi masalah yang
paling parah yang mungkin terjadi pada mereka.